Rabu, 07 Mei 2014

Tugas mata kuliah manajemen pelayanan publik



Nama               : Nur Hasan
Nim                 : 2012210062
Prodi               : Ilmu Administrasi Negara
Fakultas           : Ilmu sosial dan Ilmu Politik



1.      Dengan adanya otonomi daerah diharapkan dapat membantu meningkatkan kemajuan dalam suatu daerah baik dari segi perekonomian dan lain sebainya, dalam otonomi daerah itu sendiri untuk mensukseskan hal tersebut didukung dengan adanya pelayanan publik yang prima karna siogianya sebagai seorang pelayan harus memberikan pelayan yang ekstra,karena tolak ukur kekeberhasilan otonomi daerah dilihat dari pelayanan publiknya. Berdasarkan hasil kajian pada Perpustakaan Pascasarjana Universitas Padjadjaran Bandung terhadap tesis dan disertasi yang berkaitan dengan tema “kualitas pelayanan publik,” baik kajian yang dilakukan secara kuantitatif maupun secara kualitatif, diperoleh berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan publik. Berbagai faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a)      Motivasi kerja birokrasi dan aparatur;
b)      Kemampuan aparatur;
c)      Pengawasan/kontrol sosial;
d)     Perilaku birokrasi/aparatur;
e)      Komunikasi, disposisi dan struktur birokrasi serta iklim komunikasi organisasi dan aliran informasi; dan
f)       Restrukturisasi organisasi.

Sabtu, 18 Januari 2014

PENGARUH KEPEMIMPINAN REKTOR TERHADAP KINERJA DOSEN DI UNIVERSITAS TRIBHUANA TUNGGADEWI (UNITRI) MALANG

ABSTRAK
Seorang rektor harus bisa mengelola gaya kepemimpinannya terhadap dosen guna meningkatkan kinerja dalam fungsinya sebagai tenaga pelayan masyarakat kampus menuju kepada pelayanan prima. Dalam kaitan inilah kajian kepemimpinan dilakukan, terutama dengan didasari pertimbangan peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh Universitas tribhuana tunggadewi  ke depan sehingga menarik untuk menghubungkannya dengan bagaimana kepemimpinan rektor di Universitas tribhuana tunggadewi. Dalam kaitan ini tingkat kinerja seorang dosen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya adalah kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif akan dapat meningkatkan kinerja sebagai dosen. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan korelasi antara gaya kepemimpinan Rektor Universitas tribhuana tunggadewi terhadap kinerja dosen Non-edukatif. Penelitian ini untuk mengkaji:  1) Untuk mengetahui ada dan  tidaknya pengaruh kepemimpinan Rektor  terhadap kinerja Dosen di universitas tribhuana tunggadewi malang? 2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan Rektor  terhadap kinerja Dosen di universitas tribhuana tunggadewi malang ? yang dihitung menggunakan rumus Radiani.Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Peneliti menggunakan metode kuantitatif deskriptif dikarenakan metode kuantitatif dianggap sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Sedangkan untuk menghitung korelasi, menggunakan skala interval dan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpuinan Situasional rektor Universitas tribhuana tunggadewi memiliki pengaruh yang cukup signifikan. Jadi pada dasarnya apabila gaya kepemimpinan situasional pada rektor menurun akan sangat mempengaruhi kualitas, kuantitas, inisiatif dan hubungan antar dosen pada kampus universitas tribhuana tunggadewi Artinya, gaya kepemimpinan rektor berpengaruh terhadap peningkatan kinerja dosen. Berdasarkan perhitungan skala Interval diketahui bahwa gaya kepemimpinan situasional rektor yang diterapkan lebih cenderung menggunakan perilaku hubungan dalam meningkatkan kinerja dosen.

Minggu, 08 Desember 2013

KONDISI PENDIDIKAN BANGSA INDONESIA



Pendidikan merupakan tiang pancang kebudayaan dan pondasi utama untuk membangun peradaban bangsa. Kesadaran akan arti penting pendidikan akan menentukan kualitas kesejahteraan lahir batin dan masa depan warganya. Oleh karena itu substansi pendidikan, materi pengajaran dan metodologi pembelajaran, serta manajemen pendidikan yang akuntabel susah seharusnya menjadi perhatian bagi para penyelenggara Negara. Terbukti bahwa seluruh bangsa yang berhasil mencapai tingkat kemajuan kebudayaan dan teknologi tinggi mesti disangga oleh kualitas pendidikan yang sangat kokoh.
Namun eksistensi pendidikan yang ada di Indonesia pada saat ini masih menjadi permasalahan karena masih banyak anak bangsa yang belum mendapatkan pendidikan yang sebagaimana mestinya dan ada juga yang sama sekalipun belum pernah mencicipi bangku sekolah sama sekali contoh kecilnya saja anak yang terlantar hal ini sangat memperihatinkan. Sebenarnya mereka juga mempunyai hak yang sama seperti anak-anak yang sudah mendapat pendidikan yang layak seperti contoh anak orang kaya. Arah bangsa nantinya ada pada tangan mereka karena merekalah nantinya yang akan menjadi penerus perjuangan bangsa.
Pendidikan merupakan hak setiap warga negara, namun masih ada beberapa  dari mereka yang belum mendapatkan hak tersebut. Hingga saat ini, peluang terbesar untuk memperoleh akses pendidikan yang baik hanya anak orang kaya dan pintar. Dengan bermodalkan kemampuan ekonomi yang lebih dari cukup, didukung dengan kemampuan berpikir tinggi, menjadi faktor pendukung untuk memperoleh akses pendidikan yang lebih baik. Mereka berpeluang besar memasuki sekolah-sekolah elit, berkualitas, berstandar nasional, bahkan internasional. Hal ini menciptakan lingkungan belajar-mengajar yang kondusif, karena ditunjang dengan kualitas anak didik yang punya daya pikir tinggi.  Selain itu, tersedianya sarana prasarana yang lengkap membantu untuk mewujudkan pendidikan yang mapan. Pada saatsekarang pendidikan yang ada di Indonesia berbentuk sistem pasar yaitu bagi mereka yang memiliki uang banyak maka mereka akan mendapatkan pendidikan yang layak.sebenarnya hal tersebut tidak boleh terjadi.
Ada beberapa hal yang membuat pendidikan di Indonesia semakin melenceng dari cita-cita bangsa. Pertama, kecenderungan pendidikan Indonesia yang semakin elitis dan tak terjangkau rakyat miskin. Dalam hal ini, pemerintah dituding membuat kebijakan yang diskriminatif sehingga menyulitkan rakyat kecil mengakses pendidikan. Kedua, lahirnya sistem pendidikan yang tidak memberdayakan. Dalam konteks ini, kebijakan yang dibentuk semata-mata untuk mendukung status quo dan memapankan kesenjangan sosial (Darmaningtyas, 2005, Pendidikan Rusak-Rusakan). Ketiga, kurangnya orientasi pendidikan terhadap pembangunan moral. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat realitas anak-anak yang bertindak amoral, sehingga sering dikatakan pendidikan minus budi pekerti.
Telah dipahami oleh para pendidik bahwa misi pendidikan adalah mewariskan ilmu dari generasi ke generasi selanjutnya. Jangan sampai generasi itu terputuskan dengan begitu saja. Ilmu yang dimaksud antara lain: pengetahuan, tradisi, dan nilai-nilai budaya (keberadaban). Secara umum penularan ilmu tersebut telah di emban oleh orang-orang yang terbeban terhadap generasi selanjutnya. Mereka diwakili oleh orang yang punya visi kedepan, yaitu menjadikan generasi yang lebih baik dan beradab. Betapa sangat pentingnya pendidikan ini negara-negara yang majupun tentunya tidak akan terlepas dari peran pendidikan.
Berbicara tentang pendidikan ini Dalam UUD pasal 31 ayat 1 dan 2 sudah jelas yaitu  bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya, negara juga mempriorotaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN dan APBD. Pertanyaanya, sudahkah semua anak bangsa mendapatkan haknya? Melihat fakta saat ini, di Indonesia setiap tahunnya lebih dari 1,5 juta anak sekolah tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.